Kamis, 08 Agustus 2019

Kepuasan Kerja

1.      Kepuasan Kerja
a.      Pengertian Kepuasan Kerja
Hasil gambar untuk kepuasan kerja
Dari beberapa pengertian kepuasan kerja diatas, dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah segala sesuatu yang dirasakan oleh karyawan yang diwujudkan dalam sikap positif atau negatif terhadap pekerjaannya yang terjadi di lingkungan kerjanya. 
Kepuasan kerja menurut Luthans  (2006:243) adalah sebagai hasil dari persepsi karyawan mengenai seberapa baik pekerjaan mereka memberikan hal yang dinilai penting. Sunyoto (2015:211) mengatakan kepuasan kerja (Job Satisfaction) adalah keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan di mana para karyawan memandang pekerjaannya. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya. Hal ini tampak pada sikap positif karyawan terhadap pekerjaan dan segala sesuatu yang dihadapi dilingkungan kerjanya. Sedangkan, kepuasan kerja menurut Rivai dan Ella (2011:865) adalah evaluasi yang menggambarkan seseorang atas perasaan sikapnya senang atau tidak senang, puas atau tidak puas dalam bekerja. Sementara itu, Kreithner dan Kinicki (2001) dalam Wibowo (2007: 324) mengatakan kepuasan kerja merupakan respon affective atau emosional terhadap berbagai segi pekerjaan seseorang. Definisi ini menunjukkan bahwa job satisfaction bukan merupakan konsep tunggal. Seseorang dapat relatif puas dengan salah satu aspek pekerjaan dan tidak puas dengan satu atau lebih aspek lain.  
Hal ini seperti yang dikatakan oleh Steers (1977:129) bahwa bila para pekerja merasa bahwa mereka adalah bagian yang integral dari organisasi dan bahwa para atasan mereka secara pribadi memperhatikan kesejahteraan mereka, tidaklah mengherankan bila mereka akan merasakan tingkat kepuasan kerja yang lebih tinggi.
b.        Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja
Kreitner dan Kinicki (2001) mengatakan hubungan antara kepuasan kerja dengan variabel lain dapat bersifat positif atau negatif. Kekuatan hubungan mempunyai rentang dari lemah sampai kuat. Hubungan yang kuat menunjukkan bahwa manager dapat memengaruhi dengan signifikan variabel lainnya dengan meningkatkan kepuasan kerja (Wibowo, 2016:  418). Beberapa korelasi kepuasan kerja adalah sebagai berikut:
1)      Motivasi (Motivation)
Penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara motivasi dengan kepuasan kerja. Karena kepuasan dengan supervisi juga mempunyai korelasi signifikan dengan motivasi, manajer disarankan mempertimbangkan bagaimana perilaku mereka mempengaruhi kepuasan pekerja. Manajer secara potensial dapat meningkatkan motivasi pekerja melalui berbagai usaha untuk meningkatkan kepuasan kerja.
1)      Pelibatan Kerja (Job Involvement)
Pelibatan kerja menunjukkan kenyataan di mana individu secara pribadi dilibatkan dengan peran kerjanya. Penelitian menunjukkan bahwa pelibatan kerja mempunyai hubungan moderat dengan kepuasan kerja. Untuk itu, manajer didorong memperkuat lingkungan kerja yang memuaskan untuk mendorong keterlibatan kerja pekerja.
2)      Organization Citizenchip Behavior
Organizational citizenchip behavior merupakan perilaku pekerja di luar dari apa yang menjadi tugasnya. Sebagai contoh adalah adanya bisik-bisik sebagai pernyataan konstruktif tentang departemen, ekspresi tentang perhatian pribadi atas pekerjaan orang lain, saran untuk perbaikan, melatih orang baru, menghargai semangat, perhatian terhadap kekayaan organisasi dan kehadiran diatas standar yang ditentukan. Organizational citizenchip behavior lebih banyak ditentukan oleh kepemimpinan dan karakteristik lingkungan kerja daripada oleh kepribadian pekerja.
3)      Komitmen Organisasi (Organization Commitment)
Komitmen organisasi mencerminkan tingkatan di mana individu mengidentifikasi dengan organisasi dan mempunyai komitmen terhadap tujuannya. Penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan signifikan dan kuat antara komitmen organisasi dan kepuasan. Manajer disarankan untuk meningkatkan kepuasan kerja dengan maksud untuk menimbulkan tingkat komitmen yang lebih tinggi. Selanjutnya komitmen yang lebih tinggi dapat memfasilitasi produktivitas lebih tinggi.
4)      Kemangkiran (Absentism)
Kemangkiran merupakan hal mahal dan manajer secara tetap mencari cara untuk menguranginya. Satu rekomendasi telah meningkatkan kepuasan kerja. Apabila rekomendasinya sah, akan terdapat korelasi negatif antara kepuasan dan kemangkiran. Dengan kata lain, apabila kepuasan meningkat, kemangkiran akan turun. Penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan terdapat hubungan negatif yang lemah antara kepuasan dan kemangkiran. Oleh karena itu, manajer akan lebih menyadari setiap penurunan signifikan dalam kemangkiran akan meningkatkan kepuasan kerja.
5)      Perputaran (Turnover)
Perputaran sangat penting bagi manajer karena mengganggu kontinuitas organisasi dan sangat mahal. Penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif moderat antara kepuasan dan perputaran. Dengan kekuatan hubungan tertentu, manajer disarankan untuk mengurangi perputaran dengan meningkatkan kepuasan kerja pekerja.

6)      Perasaan Stress (Perceived Stress)
Stres dapat berpengaruh sangat negatif terhadap perilaku organisasi dan kesehatan individu. Stres secara positif berhubungan dengan kemangkiran, perputaran, sakit jantung koroner, dan pemeriksaan virus. Penelitian menunjukkan hubungan negatif kuat antara perasaan stres dengan kepuasan kerja. Diharapkan manajer berusaha mengurangi dampak negatif stres dengan memperbaiki kepuasan kerja.
7)      Prestasi Kerja (Job Performance)
Kontroversi terbesar dalam penelitian organisasi adalah tentang hubungan antara kepuasan dengan prestasi kerja atau kinerja. Ada yang menyatakan kepuasan mempengaruhi prestasi kerja lebih tinggi, sedangkan yang lainnya berpendapat bahwa prestasi kerja mempengaruhi kepuasan. Penelitian untuk menghapuskan kontroversi tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif rendah antara kepuasan dan kinerja.
Dari sekian banyak hubungan korelasi kepuasan kerja diatas, motivasi dan keterlibatan kerja yang menjadi fokus penelitian ini, karena motivasi adalah hal yang paling dasar dibutuhkan oleh seseorang. Dalam konteks kerja keorganisasian, motivasi kerja karyawan yang ada di organisasi itu secara hipotetik memberi efek positif terhadap efektivitas dan efisiensi kerja organisasi tersebut termasuk kesehatan iklim kerja (Danim, 2004: 2). Selain itu, keterlibatan kerja memiliki arti penting dalam pengembanngan organisasi terlihat dari sejumlah penelitian yang telah dilakukan untuk melihat keterlibatan kerja karyawan pada organisasi (Khan et.al., 2011). Sebagaimana Wirawan (2014:348) mengatakan bahwa pegawai yang menunjukkan keterlibatan kerja yang tinggi dapat lebih untuk mengubah lingkungan kerja.
c.       Indikator Kepuasan Kerja
Adapun indikator kepuasan kerja yang akan dinilai adalah sebagai berikut (Luthans, 2006:243):
1)      Pekerjaan itu sendiri: dalam hal di mana pekerjaan memberikan tugas yang menarik, kesempatan untuk belajar, dan kesempatan untuk menerima tanggung jawab. Penelitian terbaru menemukan bahwa karakteristik pekerjaan dan kompleksitas pekerjaan menghubungkan antara kepribadian dan kepuasan kerja, dan jika persyaratan kreatif pekerjaan karyawan terpenuhi, maka mereka cenderung menjadi puas. Pada tingkat yang lebih pragmatis, beberapa unsur paling penting dari kepuasan kerja yang tidak dibahas dalam survei selama bertahun-tahun menyimpulkan pekerjaan yang menarik dan menantang, dan survei terbaru menemukan bahwa perkembangan karier (tidak perlu promosi) merupakan hal paling penting untuk karyawan muda dan tua.
2)      Gaji: sejumlah upah yang diterima dan tingkat di mana hal ini bisa dipandang sebagai hal yang dianggap pantas dibandingkan dengan orang lain dalam organisasi. Upah dan gaji dikenal menjadi signifikan, tetapi kompleks secara kognitif dan merupakan faktor multidimensi dalam kepuasan kerja. Uang tidak hanya membantu orang memperoleh kebutuhan dasar, tetapi juga alat untuk memberikan kebutuhan kepuasan pada tingkat yang lebih tinggi. Karyawan melihat gaji sebagai refleksi dari bagaimana manajemen memandang kontribusi mereka terhadap perusahaan. Benefit tambahan juga penting, tetapi tidak begitu berpengaruh. Suatu alasan yang tidak terelakkan adalah kebanyakan karyawan bahkan tidak mengetahui seberapa banyak mereka menerima benefit. Selain itu, kebanyakan karyawan juga cenderung menganggap remeh benefit karena mereka tidak menyadari nilai moneter yang signifikan.
3)      Kesempatan promosi: kesempatan untuk maju dalam organisasi. Kesempatan promosi sepertinya memiliki pengaruh yang berbeda pada kepuasan kerja. Hal ini dikarenakan promosi memiliki sejumlah bentuk yang berbeda dan memiliki berbagai penghargaan. Perbedaan ini membantu menjelaskan mengapa promosi eksekutif mungkin lebih memuaskan dari pada promosi yang terjadi pada level bawah organisasi. Lingkungan kerja yang positif dan kesempatan untuk berkembang secara intelektual dan memperluas keahlian dasar menjadi lebih penting dari pada kesempatan promosi.
4)      Pengawasan: kemampuan penyelia untuk memberikan bantuan teknis dan dukungan perilaku. Pengawasan (supervisi) merupakan sumber penting lain dari kepuasan kerja. Akan tetapi, saat ini dapat dikatakan bahwa ada dua dimensi gaya pengawasan yang memengaruhi kepuasan kerja. Yang pertama adalah berpusat pada karyawan, diukur menurut tingkat di mana penyelia menggunakan ketertarikan personal dan peduli pada karyawan. Dimensi yang lain adalah partisipasi atau pengaruh, seperti diilustrasikan manajer yang memungkinkan orang untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi pekerjaan mereka.
Hasil gambar untuk kepuasan kerja5)      Rekan kerja: tingkat di mana rekan kerja pandai secara teknis dan mendukung secara sosial. Pada umumnya, rekan kerja atau anggota tim yang kooperatif merupakan sumber kepuasan kerja yang paling sederhana pada karyawan secara individu. Kelompok kerja, terutama tim yang “kuat”, bertindak sebagai sumber dukungan, kenyamanan, nasihat, dan bantuan pada anggota individu. Kelompok kerja yang “baik” atau tim yang efektif membuat pekerjaan menjadi menyenangkan. Akan tetapi, faktor tersebut bukan hal penting bagi kepuasan kerja. Sebaliknya, jika kondisi sebaliknya yang terjadi orang sulit untuk bekerja sama faktor itu mungkin memiliki efek negatif pada kepuasan kerja.

Daftar Pustaka
Gibson, Ivancevich dan Donneley. 1990. OrganisasidanManajemen: Perilaku, Struktur dan Proses. Jakarta: Erlangga .1997. Organisasi. Ed  2. Akarta: Binarupa AksaraHandoko, T. Hani., dan Sukanto Reksohadiprodjo. 1995. Organisasi Perusahaan Teori, Struktur, dan Perilaku. Yogyakarta: BPFE Luthan, Fred. 2006. Perilaku Organisasi. Yogjakarta: Andi
Rivai, Veithzal., Ella Jauvani Sagala. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan, dari Teori ke Praktik. Jakarta: RajaGrafindo PersadaSunyoto, Danang. 2015. Manajemen dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: CAPS Strauus, George dan Leonard R. Sayles. 1990. Manajemen Personalia: Segi Manusia dalam Organisasi. Jakarta: Binaman PressindoWibowo. 2007. Manajemen Kinerja. Jakarta: RajaGrafindo Persada . 2016. Manajemen Kinerja. Jakarta: RajaGrafindo Persada Wirawan. 2014. Kepemimpinan: Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi, Aplikasi dan Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada